Penjual kue secara online bicara soal tantangan memasarkan dagangannya. Salah satu penjual kue rumahan menyampaikan tantangan yang dihadapi ketika mulai masuk tahun politik.
“Iya, tahun ini ada penurunan, cerita dari teman-teman pedagang dan UMKM juga seperti itu. Katanya sih tahun politik atau gimana ya, menjelang pemilu. Kurang tahu juga untuk detailnya kenapa, sudah siklus kalau kata teman-teman pedagang sih seperti itu,” jelas penjual kue rumahan bernama Ina, kepada detikcom, Rabu (13/12/2023).
Dia juga menceritakan pengalamannya saat menang tender. Saat itu pesanan untuk menu buka puasa di salah satu bank.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bulan puasa kemarin aku dapat tender besar dari salah satu bank pusat. Untuk isi takjil dan makanan buka puasa. Snack box dan nasi boks, 6 kali dalam 1 bulan itu, Totalnya 1.000 boks lebih,” jelas Ina.
Baca juga:
Cerita Bobi Raup Omzet Belasan Juta/Bulan Berkat Kampung Berseri Astra
Namun saat itu dia mengalihkan pembuatan nasi kotak ke tantenya yang memiliki katering. Sementara itu, Ina berfokus pada pembuatan snack box. Kala itu, lanjut Ina, nasi kotak yang dikirim basi.
“Pas pengiriman terakhir, ada makanan nasi boks yang basi, jadi dikomplain sama pihak bank tersebut. Sayang banget, ya kecewa, takutnya tahun depan aku nggak dapat tender itu lagi, padahal nilainya sangat banyak,” ucapnya.
Ina juga menceritakan soal orderan online yang minta pengiriman menggunakan ojek online. Dia mengatakan kue yang dibuat berisiko rusak.
“Banyak customer maunya kan pakai ojek online. Tapi kalau kue yang dekornya macam-macam, agak risiko kalau pakai ojol. Jadi aku siasati kuenya yang simpel dekornya, packing aman untuk dikirim jarak jauh pakai ojol,” tambahnya.
Baca juga:
Dukung UMKM, PAN Gandeng Jakcloth Gelar Pesta Anak Nongkrong di Bandung
Hal senada disampaikan penjual mochi rumahan bernama Dika Yuliantika. Dia mengatakan banyak pembeli memilih pengiriman yang lebih murah dibanding yang aman.
“Biasanya pembeli menggunakan pengiriman same day dan biasanya sampai di pembeli terkadang ada yang rapi atau yang sudah berantakan,” jelas Dika.
Tren hamper online (Foto: dok. Istimewa)
Dika pernah mendapatkan protes pelanggan soal hamper mochi yang rusak. Sebagai penjual, terkadang Dika harus bertanggung jawab.
“Kalau rusak dikarenakan pengiriman, bukan kesalahan kami, dengan menggunakan jasa apa yang dipakai pembeli. Tetapi terkadang kami juga menggantikannya dengan berupa nominal atau produk kami lagi,” ungkap Dika.
sumber: https://news.detik.com/berita/d-7092103/lika-liku-cerita-penjual-hampers-online-kue-rusak-saat-dikirim.